HSEMagz

Bukan Sekedar Berita

Safety, Health, & Environtment

Dunia Kerja Butuh Data K3 Terpusat dan Komprehensif

JAKARTA, HSEmagz.com – Data tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), utamanya data tentang kecelakaan kerja (KK) dan penyakit akibat kerja (PAK), telah lama menjadi bahan diskusi yang tak kunjung usai diperbincangkan.

Selama ini, data tentang KK hanya mengacu pada data yang dikeluarkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS-TK).

Lembaga pemerintah yang kini bernama PBJamsostek ini, setiap tahun merilis angka kecelakaan kerja yang terjadi, berdasarkan klaim program asusransi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM).

Angka itu kemudian menjadi data kecelakaan kerja nasional yang menjadi rujukan tentang penerapan aspek K3 di Indonesia.

Namun, banyak pihak meyakini bahwa angka kejadian sesungguhnya jauh lebih besar dibanding angka kecelakaan kerja yang setiap tahun dirilis BPJamsostek.

Menanggapi hal ini, Dedikasi Firansyah, Senior Vice President (SVP) PT Nindya Karya, menyatakan bahwa data yang selama ini dirilis BPJamsostek adalah data satu  pintu yang didasarkan atas klaim asuransi yang harus dibayarkan.

“Tidak mewakili data yang sebenarnya terjadi,” kata Firansyah saat ditemui HSEmagz.com di ruang kerjanya, Rabu (17/5/2023).

Baca juga: K3 Perlu Terus Diperjuangkan Kaum Buruh

Data yang terpublikasi luas itu pun, kata Firansyah, tidak tersaji dengan baik sebab hanya menampilkan angka semata dan tidak dibarengi dengan data-data lainnya.

Data lain dimaksud Firansyah, adalah data-data pendukung semisal jenis industri, penyebab kecelakaan, upaya mitigasi dilakukan, dan sebagainya.

Bagi praktisi seperti dirinya, data nasional itu amat penting guna dipelajari, dikaji, dan dianalisa supaya dihasilkan langkah-langkah agar kecelakaan kerja serupa tidak terulang di kemudian hari.

“Dunia kerja butuh data lengkap agar bisa dicari dan ditelusuri hingga ke akar penyebab (root cause) dari suatu kecelakaan kerja yang terjadi supaya ada pembelajaran atau lesson learn,” kata Firansyah.

Dari data yang ada saat ini, kata Firansyah, kecelakaan kerja yang sama cenderung terus terjadi secara berulang (repetition).

Sebab berbagai pihak terkait akan mengalami kesulitan untuk melakukan kajian dan analisa dari suatu kecelakaan kerja yang terjadi.

Selama ini, katanya, Nindya Karya selalu menggunakan data internal guna dilakukan berbagai upaya mitigasi agar peristiwa serupa tidak terulang terjadi.

“Lebih baik mencegah terjadinya kecelakaan daripada menanggulanginya.Pada hakikatnya kecelakaan kerja itu bisa dihindari dan dicegah,” katanya.

Baca juga: K3 Kunci Kemajuan & Produktivitas Perusahaan

Soal pentingnya data yang komprehensif, Firansyah mencontohkan kecelakaan kerja di dunia konstruksi yang sempat marak terjadi dan viral di jagat maya pada tahun 2017 dan 2018.

Ketika itu ada data lengkap tentang serangkaian peristiwa kecelakaan konstruksi seperti terjadi pada pekerjaan erection girder dan pekerjaan elevated.

“Proyek apa, di mana, bidang pekerjaan apa, hari apa saja dan di jam berapa saja kecelakaan saat itu banyak terjadi. Itu ada data lengkapnya,” katanya.

Dari data lengkap itu, pemerintah langsung melakukan berbagai langkah tegas seperti pembentukan Komite Keselamatan Konstruksi (K2), penundaan (moratorium) terhadap 32 proyek konstruksi yang sedang dikerjakan untuk memberikan kesempatan kepada Komite K2 melakukan evaluasi.

“Hasilnya bisa langsung dilihat. Tahun 2019, nyaris tidak ada kecelakaan serupa yang terjadi dan di tahun 2020 nihil kecelakaan pada pekerjaan erection girder dan elevated,” Firansyah menegaskan.

Tak cukup dengan pembentukan Komite K2 dan moratorium, guna mencegah kecelakan di dunia konstruksi secara keseluruhan, Pemerintah dalam hal ini Kementerian PUPR, kemudian menerbitkan regulasi berupa Permen PUPR No 10 tahun 2021 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMKK).

Baca juga: Supandi, Hakikat K3 Adalah Memanusiakan Manusia (2)

Sebagai praktisi, ia berharap Indonesia segera memiliki data K3 nasional yang terpusat dan komprehensif yang bisa menjadi rujukan siapapun yang membutuhkan data tersebut.

Ia mencontohkan data statistik yang selalu dan rutin diterbitkan OSHA (Occupational Safety and Health Administration) di Amerika Serikat. Data statistik OSHA dinilainya tersaji secara lengkap, rinci, dan komprehensif serta terpusat sehingga menjadi rujukan siapapun yang membutuhkan data tentang kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Firansyah juga berharap Indonesia segera membuat semacam portal yang khusus menyajikan aneka data K3 di Indonesia seperti halnya OSHA. (Hasanuddin)

LEAVE A RESPONSE