HSEMagz

Bukan Sekedar Berita

Safety, Health, & Environtment

Keselamatan Publik Harus Makin Mendapat Perhatian Semua Pihak

JAKARTA, hsemagz.com – Kasus pecahnya jembatan kaca di Banyumas yang menewaskan seorang wisatawan dan menciderai tiga wisatawan lainnya, kian menambah panjang daftar kecelakaan fatal (fatality accident) yang terjadi di area publik.

Sebelumnya, 1 September 2023, lima karyawan resort meregang nyawa setelah lift menyamping (sliding lift) yang mereka tumpangi jatuh dari ketinggian puluhan meter di sebuah resort yang berlokasi di Banjar Kedewatan Let, Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.

Sebelumnya lagi, dua wisatawan meninggal dunia dan puluhan lainnya terluka setelah bus yang mereka tumpangi, tiba-tiba saja meluncur dan terperosok ke jurang berkedalaman 12 meter saat diparkir di tempat wisata Pemandian Air Panas Guci, Kabupaten Tegal pada Minggu (7/5/2023).

Kecelakaan fatal di area publik yang paling mengerikan adalah tragedi Stadion Kanjuruhan di Malang, Jawa Timur pada 1 Oktober 2022. Kala itu, 132 penonton meninggal dunia dan 622 penonton lainnya terluka, akibat petugas kepolisian menembakkan gas air mata ke tribun penonton.

Masih banyak lagi kasus kecelakaan fatal di area publik yang terjadi di negeri ini. Sedih sekaligus miris mengingat peristiwa serupa terus berulang dari waktu ke waktu. Nyawa manusia seakan tidak ada maknanya sama sekali, dan kemudian bermuara di atas kertas menjadi data statistik.

Seorang wisatawan meninggal dunia dan tiga lainnya terluka ketika kaca yang mereka injak di lokasi wisata Jembatan Kaca di Banyuwangi, pecah, Rabu (25/10/2023).

Beragam komentar muncul di berbagai WAG. “Sepertinya pengelola tempat wisata di daerah belum mengetahui mengenai pentingnya K3,” celoteh Zouya di salah satu WAG HSE.

“K3 di fasilitas publik harus makin mendapatkan perhatian,” tulis Sudi Astono, di WAG HSE lainnya.

Baca juga: Jembatan Kaca di Wisata Banyumas Kok Bisa Pecah?

Menanggapi hal ini, praktisi K3 Sihar P Hasibuan mengingatkan para pemangku kepentingan untuk lebih ketat lagi terhadap penyediaan dan penggunaan fasilitas publik dari aspek keselamatannya.

“Terjadi berulang dalam waktu berdekatan, menunjukkan kurangnya perhatian dan pengawasan baik oleh Pemerintah, terutama oleh pemilik dan pengelola. Aspek keselamatan harus menjadi faktor terpenting yang harus dijaga, karena menyangkut keselamatan jiwa publik. Fasilitas publik berbayar maupun tidak berbayar, sama pentingnya aspek keselamatan,” kata Sihar kepada hsemagz.com, Kamis (26/10/2023).

Menurut Sihar, fasilitas berbayar harus dijaga tingkat keselamatannya, karena pengguna sudah membayar untuk itu, dan pengelola punya pemasukan dana yang seharusnya bisa digunakan sebagian untuk pengawasan dan pemeliharaan fasilitas agar tetap aman.

Baca juga: Benarkah Kecelakaan Bus di Guci karena Ulah Anak Kecil? Ini Dugaan Awal KNKT

Fasilitas tidak berbayar pun harus dijaga tingkat keselamatannya, karena publik lebih tertarik pada fasilitas yang tidak berbayar.

SIHAR P HASIBUAN

“Publik datang untuk berwisata, sudah pasti tidak fokus pada keselamatan penggunaan fasilitas maupun dirinya. Pihak pengelola lah yang harus proaktif menyediakan petunjuk pemakaian, alat pelindung diri dan mengawasi pemakaian,” katanya.

Fasilitas publik pun pasti sudah digunakan berulang kali bahkan dengan kapasitas yang berlebih sampai membahayakan.

“Publik tidak bisa disalahkan, justru pengelola lah yang harus mengantisipasi menjaga keselamatan pengguna fasilitas,” tegas Sihar.

Dijelaskan, standar keselamatan dan faktor keamanan fasilitas publik harus jauh lebih tinggi dibandingkan fasilitas non publik. Dimulai sejak :

  1. Pembuatan disain rencana
  2. Pengawasan pelaksanaan
  3. Pengujian kelayakan maupun pemeliharaan berkala
  4. Dituangkan dalam SOP Keselamatan Bangunan.

Bagaimana menurut Anda? (Hasanuddin)

LEAVE A RESPONSE