Kemudian saya ditunjuk menjadi Direktur Jenderal Pengawasan Ketenagakerjaan. Tetapi perhatian saya tetap tentang bagaimana caranya bisa meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja, karena saya merasakan waktu dulu melihat kondisi pekerja di perkebunan karet yang kurang baik.
Saya kemudian menciptakan Program Gizi Kerja. Ini adalah cara meningkatkan kesejahteraan kerja yaitu dengan meningkatnya kesejahteraan pekerja, produktivitas pasti meningkat dan program ini saya ajukan kepada pemerintah dan sangat diterima.
Bahkan dibuatkan pernyataan oleh Presiden Soeharto bahwa kesehatan dan produktivitas itu berkaitan. Jika orang makin sehat, maka produktivitas kerja meningkat. Kalau produktivitas meningkat, jaminan kesehatan pasti meningkat juga.
Jadi perlu seimbang. Proyek Gizi Kerja yang merupakan konsep dan gagasan saya kemudian diterima oleh PBB. Program Gizi Kerja dapat bantuan dari PBB dan pemerintah era Presiden Soeharto.
Program ini tidak hanya bagaimana meningkatkan gizi para pekerja tetapi juga kesehatan pekerja, yang fungsinya lebih pada mendidik masyarakat. Bantuan dana dari Bank Dunia datang berupa 25.000 pasang sepatu. Sepatu-sepatu ini dibagikan kepada para pekerja perkebunan yang memang rentan terkena penyakit, contohnya penyakit cacing.
Lahir di lingkungan sekitar rumah yang merupakan perkebunan karet di daerah Tasikmalaya, Jawa Barat, menginspirasi pria yang menjabat sebagai Kepala Hiperkes Higine Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Departemen Tenaga Kerja RI Sejak Tahun 1969, untuk menjadi seorang dokter kesehatan kerja. Sejak kecil beliau terbiasa melihat para buruh perkebunan karet yang mengalami sakit tapi tidak ada tenaga medis yang menanganinya.
Di lapangan saya lihat ketika pekerja terkena cacing tambang, mereka tidak bisa bekerja lagi dan nafsu makan menjadi hilang. Kepada para pekerja perkebunan, kita pakaikan sepatu supaya digunakan ketika sedang bekerja. Tadinya mereka bekerja tanpa alas kaki atau nyeker.
Awalnya mereka menolak, karena tidak terbiasa. Tetapi kita terus berikan penyuluhan dan pengertian. Akhirnya mereka mau menggunakan sepatu. Laporan kesehatan pekerja perkebunan yang terkena penyakit cacing tambang, menurun drastis. Nafsu makan mereka kembali sehingga bekerja bisa menjadi lebih produktif.
Selain penggunaan APD berupa sepatu, pola makanan mereka juga kita perhatikan. Waktu itu garam yang digunakan untuk memasak adalah garam yang tidak mengandung zat besi. Kita minta supaya pekerja menggunakan garam yang mengandung zat besi ketika memasak. Banyak terjadi perubahan, dari pekerja yang awalnya nafsu makan berkurang menjadi baik dan produktivitas kerjanya menjadi semakin semangat lagi.
Suma’mur merupakan ayah dari empat anak setelah mempersunting Rochela, wanita yang merupakan orang yang mendorong beliau dalam menggapai segala cita-cita dan impiannya. Bersama keluarga, beliau gemar menonton Srimulat di Taman Ria Senayan Jakarta. Selama hidupnya, beliau selalu menerapkan kedisiplinan dalam dirinya dimulai dengan datang lebih awal di tempat kerja, mendahului para pegawai lainnya.
Konsep dari bagaiamana orang bisa sejahtera, sehat, dan produktif, konsep dari keselamatan dan kesehatan menunjang produktivitas itu benar dan mulai digunakan. Tetapi saya kemudian berpikir juga bagaimana K3 bisa jalan.
Makanya saya melakukan kampanye K3 dimana orang harus memahami pentingnya K3 karena itu hanya dibicarakan saja tetapi tidak dilakukan oleh para pekerja di lapangan. Saya mencoba konsep dimana konsep ini bernama konsep Hiperkes dan Keselamatan Kesehatan Kerja. Ternyata konsep dasar hiperkes ini bisa memadukan profesi insinyur dan dokter.
Jadi penyakit kebisingan yang bisa menyebabkan ketulian misalnya bisa dikembangkan pemikiran oleh orang engineering supaya kebisingan jangan terjadi dan menyebabkan risiko ketulian.
Lalu yang lainya jika orang mengalami suhu panas, pekerja tidak bisa makan, menjadi sakit dan bisa meninggal dunia, nah ini perlu orang engineering bagaimana caranya orang itu tidak kepanasan yang bisa menyebabkan orang sakit.
Di Amerika itu ada tingkat kondisi panas yang jika panasnya itu tidak boleh dari 80 derajat. Itu artinya pekerja itu tidak mendapat santunan dan juga suhu tidak boleh terlalu rendah. Di luar negri sudah berkembang ilmu yang menyebabkan suatu perasaan/kondisi nyaman, maka bisa menimbulkan kondisi yang aman dan berkaitan dengan aspek keselamatan. Sebaliknya kalau dia merasa tidak nyaman dalam bekerja itu pasti menimbulkan kecelakaan kerja. Ilmu ini semakin lama semakin berkembang. (Habis/Hasanuddin)