JAKATYA, HSEmagz.com – Setelah lama mengabdikan diri di PT Sucofindo (Persero), pada 2013 penyandang gelar Magister of Business Administration (MBA) dari International Business from IPMI-Monash University, Melbourne, Australia ini mendapat amanah untuk menjadi orang nomor satu di PT Biro Klasifikasi Indonesia/BKI (Persero).
Magister (MBA) in International Business from IPMI-Monash University, Melbourne, Australia ini kemudian diangkat menjadi Direktur Utama PT BKI berdasarkan Keputusan Menteri BUMN No. SK-424/MBU/2013 tanggal 19 Desember 2013.
Perpindahan tugas itu, baginya, tak menghadapi kendala berarti. Sebab basis kegiatan BKI juga adalah health and safety, environment dan security, sebagaimana passion Rudiyanto selama di Sucofindo.
BKI melakukan klasifikasi kapal yang tak ubahnya assessment terkait dengan kelaikan kapal secara independen, baik untuk pelayanan domestik maupun internasional.
International Maritime Organization (IMO) yang merupakan badan khusus PBB yang bertanggung jawab untuk keselamatan dan keamanan aktivitas pelayaran dan pencegahan polusi di laut oleh kapal, pada dasarnya mengatur berbagai standarisasi keselamatan. Intinya, aspek K3 perkapalan dan pelayaran tak bisa dipisahkan dari BKI.
Di BKI, ia tak sekadar melakukan berbagai assessment terkait kelaikan kapal, tetapi juga mulai membangun berbagai pendidikan dan pelatihan termasuk sertifikasi.
“Nah waktu di BKI saya juga berpikir harus ada sebuah institusi yang bisa memberikan pemahaman secara teknis maupun pendukungnya secara kesisteman untuk masalah safety, terutama di maritim. Nah ini mengapa saya bangun yang namanya BKI Academy,” katanya mengisahkan ihwal pendirian BKI Academy.
BKI Academy memberikan kursus pelatihan dan MICE dalam kategori pasar Maritim, K3, Energi, Pengujian, Inspeksi & Sertifikasi, Konstruksi, Sistem Manajemen dan Sumber Daya Manusia, untuk seluruh Industri dengan preposisi nilai unik tertentu untuk Segmen Profesional dan Pelajar di Indonesia.
Ada sejumlah program pendidikan dan pelatihan di BKI Academy, antara lain program kompetensi maritim, kompetensi K3, kompetensi inspeksi, pengujian dan sertifikasi, kompetensi energi, kompetensi konstruksi bidang maritim, kompetensi SDM maritim serta industri umum, dan kometensi tentang sistem manajemen.
BKI Academy didirikan antara lain dalam rangka meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia di bidang K3 khususnya dan pada umumnya untuk meningkatkan kemampuan keahlian inspeksi, pengujian, sertifikasi, dan sebagainya.
Ayah tiga anak ini tak memungkiri apabila kelahiran BKI Academy salah satunya terinspirasi dari OSHA Academy di Amerika Serikat. Ia kemudian mengisahkan kembali saat ditugaskan menimba ilmu K3 dalam rangka pembangunan sistem manajemen K3 di tahun 1995 lalu. Kala itu, ia bersama Saut Siahaan dari Kemnaker, belajar sekaligus studi banding di OSHA Academy.
Secara historis, kelahiran OSHA Academy melalui Occupational Safety and Health Administration Amerika Serikat tak terpaut jauh dengan kelahiran UU No 1 tahun 1970 di Indonesia dan Health and Safety Act (Factory Act) di Inggris
Apalagi Rudiyanto pun berkesempatan belajar langsung juga ke Inggris dan Amerika Serikat. Dari studi di dua tempat tersebut, ia menarik benang merah bahwa Indonesia juga sebenarnya tak kalah hebat dengan Amerika dan Inggris dalam hal K3 sebab pada saat bersamaan melahirkan UU No 1 tahun 1970.
Di situlah kemudian ia melihat bahwa OSHA US, Health Safety Executive UK dan sebagainya, sebenarnya basisnya sama. Cuma bagaimana menerjemahkannya ke dalam bentuk kebijakan (policy).
Ia pun teringat kata-kata Ketua DK3N alm Dr Sukotjo. Dalam suatu rapat di DK3N, alm mengatakan bahwa langkah pertama dalam membangun K3 adalah harus secara legal dan institusional. Karena penerapan K3 adalah tanggung jawab pemerintah untuk menjamin keselamatan warganya yang di bantu oleh semua pihak terkait.
Kepada generasi sekarang dan penerus, Rudiyanto berharap agar bisa berbuat lebih baik lagi demi kemajuan K3 Indonesia. Ketika semua awarenessnya sudah baik, sudah ada intitusi, tanggung jawab secara legal dan kompetensi yang dibangun secara akademik maupun vokasional, harapannya adalah bagaimana unsur enforcementnya juga akan bisa lebih kuat.
Ia juga mengajak semua pihak untuk kembali bergerak melakukan berbagai upaya demi memajukan dunia K3 Indonesia. (Habis/Hasanuddin)