Jakarta, HSEMagz – Tenaga konstruksi di Indonesia yang sudah bersertifikat tercatat baru 628 ribu orang. Sementara 9 juta lainnya, belum. Kementerian PUPR mencanangkan sertifikasi terhadap 625 ribu tenaga konstruksi dalam lima tahun kedepan.
Sumber Daya Manusia (SDM) sektor konstruksi di Indonesia ternyata masih sangat rendah. Dari sekitar 9,6 juta tenaga konstruksi saat ini, yang sudah mengantongi sertifikat hanya 628.000.
Demikian dikatakan Plt Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Trisasongko Widianto saat memberikan sambutan dalam acara Pencanangan Proyek Sarana dan Prasarana Pelatihan Konstruksi Layang di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (12/4/2021).
Kementerian PUPR pun mencanangkan target sertifikasi tenaga konstruksi di Indonesia mencapai 625.000 selama lima tahun kedepan atau setiap tahunnya akan disertifikasi 125.000 tenaga konstruksi. Hal itu tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Menurut Trisasongko, rendahnya jumlah tenaga konstruksi bersertifikat, disebabkan masalah pendanaan yang merupakan kendala terbesar. Tahun 2021 saja, target sertifikasi tenaga konstruksi hanya sebanyak 60.000 orang.
Pelatihan Tenaga Konstruksi
Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Bina Konstruksi mencanangkan proyek pembangunan sarana dan prasarana pelatihan konstruksi layang di Citeureup, Bogor, Jawa Barat.
Proyek yang ditargetkan rampung konstruksinya pada kuartal I-2022 ini akan digunakan sebagai lokasi pelatihan tenaga konstruksi sekaligus sertifikasi pembangunan konstruksi layang (elevated) di Indonesia.
Trisasongko mengatakan, saat ini proyek infrastruktur pada konstruksi layang menjadi salah satu pekerjaan yang sering dilakukan, khususnya di kota-kota besar.
“Kementerian PUPR menyiapkan pembangunan sarana dan prasarana pelatihan bidang konstruksi, salah satunya untuk konstruksi layang ini yang diharapkan mampu menjadi jawaban dalam upaya meningkatkan kualitas SDM konstruksi,” kata Trisasongko.
Menurutnya, sarana dan prasarana ini akan digunakan untuk kegiatan pelatihan konstruksi layang yang akan dilaksanakan Balai Jasa Konstruksi Wilayah III Jakarta.
Trisasongko mengharapkan pelatihan ini dapat memenuhi kebutuhan tenaga konstruksi baik ahli dan terampil di lapangan.
Dia menargetkan, dalam tiga tahun akan ada sebanyak 1.000 orang tenaga konstruksi yang akan melakukan pelatihan di tempat ini. Setelah selesai pelatihan, tenaga konstruksi akan mendapatkan sertifikasi bertaraf internasional.
“Mereka akan memiliki sertifikat bertaraf internasional. Artinya tidak hanya regional ASEAN tetapi bisa internasional. Jadi menurut saya satu langkah yang baik untuk memenuhi kebutuhan pasar,” katanya.
Trisasongko juga mengingatkan, pembangunan infrastruktur yang berhasil dan berkualitas, bukan hanya diukur dari dimensi penyelesaian tepat biaya, mutu, dan waktu.
Tetapi juga ditentukan kinerjanya yang mencakup kehandalan (aspek struktur), berfungsinya bangunan sesuai rencana, dan keselamatan dalam pelaksanaan, serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. (Hasanuddin)