JAKARTA, HSEmagz.com – Kebakaran hebat yang melanda area TBBM (Depo) Plumpang, Jakarta Utara pada Jumat (3/3/2023) malam, menyisakan duka amat mendalam bagi para keluarga korban. Terutama mereka yang ditinggalkan untuk selama-lamanya.
Hingga Senin (6/3/2021), berdasarkan catatan HSEmagz.com, jumlah korban meninggal dunia terdata di angka 21 orang. Rinciannya, 19 korban meninggal dunia berasal dari catatan di Koramil 01 Koja yang menjadi posko, satu orang meninggal dunia setelah menjalani perawatan di RSPP, dan seorang lagi ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di reruntuhan puing sebuah rumah di lokasi kejadian pada Sabtu (4/3/2023).
Sedangkan jumlah korban luka, berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta tercatat di angka 51 orang, terdiri atas 49 dewasa dan dua anak-anak.
Para korban luka hingga Senin masih menjalani perawatan intensif di beberapa rumah sakit. Sebanyak 26 di antaranya dirawat di RSPP, 13 luka bakar parah dan 13 lainnya luka bakar sedang. Seorang di antara korban luka bakar parah kemudian mengembuskan napas terakhir pada Sabtu (4/3/2023) siang.
Baca juga: Komisi VII DPR Desak Pertamina Audit Menyeluruh Kilang dan Depo
Lantas apa penyebab kebakaran yang mengakibatkan 21 orang meninggal, 51 luka, dan memaksa 622 orang mengungsi tersebut?
Hingga Senin (6/3/2023) atau tiga hari setelah kejadian, aparat kepolisian masih terus melakukan penyelidikan. Kendati demikian, dugaan sementara penyebab kebakaran sudah dikantongi polisi.
Sebagaimana disampaikan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo saat melakukan peninjauan ke lokasi kejadian pada Sabtu (4/3/2023).
Kapolri Listyo menjelaskan bahwa sebelum terjadinya kebakaran, sedang ada aktivitas penerimaan BBM jenis Pertamax dari Balongan yang diterima di Depo Plumpang.
“Jadi sementara yang bisa kita jelaskan pada saat kejadian kemarin kurang lebih jam 20.00 WIB sedang terjadi pengisian atau penerimaan minyak jenis Pertamax dari Balongan diterima di Depo Plumpang,” kata Jenderal Listyo Sigit Prabowo di Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara, Sabtu (4/3/2023).
Saat proses pengisian BBM itulah terjadi gangguan teknis. Gangguan teknis itu memunculkan tekanan kuat dan lantas terjadi kebakaran.
“Kemudian terjadi suatu gangguan teknis yang kemudian mengakibatkan tekanan berlebih. Setelah itu, didapati peristiwa terbakar,” ujarnya.
Pernyataan Kapolri itu dibenarkan Wakil Menteri BUMN Pahala Mansury yang turut hadir dalam kunjungan tersebut. Ia mengatakan Pertamina dan Kepolisian masih terus melakukan investigasi mendalam.
“Sejauh ini kita belum bisa menyimpulkan. Jadi dugaan sementara ini yaitu gangguan teknis yang mengakibatkan peristiwa terbakarnya ini masih dalam proses pendalaman,” ujar Pahala.
Baca juga: Jokowi: Area Sekitar Depo Zona Berbahaya
Sementara itu, menurut kesaksian para warga, sebelum terjadinya kebakaran mereka mencium bau bensin yang amat menyengat. Beberapa warga bahkan muntah-muntah lantaran tidak tahan akan bau bensin tersebut.
Mengutip 20detik, seorang warga Plumpang bernama Jamaludin mengisahkan bahwa sebelum terjadinya ledakan, saat itu cuaca sedang hujan. Pada saat bersamaan, sekitar 30 menit atau 20 menit sebelum ledakan terjadi tercium bau bensin yang menyengat.
“Sebelum ledakan memang ada bau bensin dan gas, warga yang ada di tanah merah itu sudah berlari-larian ke luar rumah. Selang beberapa waktu kemudian buammm….baru meledak,” kisah Jamaludin.
Kisah bau bensin menyengat sebagaimana dikisahkan Jamaludin itu dibenarkan para warga yang lain. Beberapa warga bahkan melihat ada yang muntah-muntah lantaran tak tahan dengan bau bensin yang menyengat tersebut.
Teori Segitiga Api
Dalam peristiwa kebakaran, dikenal adanya teori segitiga api yaitu bahan bakar, sumber panas/api, dan oksigen.
Bau bensin menyengat sebagaimana kesaksian para warga, merupakan bahan bakar dalam proses terjadinya kebakaran sesuai teori segitiga api.
Persoalnnya, darimana bahar bakar itu berasal? Mengutip keterangan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo, saat proses pengisian BBM jenis Pertamax terjadi gangguan teknis. Gangguan teknis itu memunculkan tekanan kuat dan lantas terjadi kebakaran.
Apabila dikaitkan dengan kesaksian para warga yang mencirum aroma bensin sangat menyengat, bisa jadi tekanan kuat dimaksud Kapolri itu kemudian memicu terjadinya kebocoran pada pipa penerimaan BBM di TBBM Pertamina Plumpang.
Kebocoran pipa penerimaan tersebut memicu udara di sekitar lokasi kejadian pada malam itu dipenuhi dengan gas yang berasal dari Pertamax, yang menyembur ke luar pipa dalam volume yang sangat besar.
BBM dalam bentuk liquid ketika bertemu oksigen, akan berubah menjadi gas. Gas itulah yang kemudian terhirup oleh para warga sekaligus menjadi bahan bakar bagi terjadinya kebakaran.
Baca juga: Korban Tewas Kebakaran Plumpang Terus Bertambah
Udara di kawasan pemukiman warga yang sudah dipenuhi gas tersebut tidak mungkin terbakar apabila tidak ada sumber panas atau api.
Pertanyaannya kemudian, dari mana sumber api dalam peristiwa kebakaran hebat di area TBBM Plumpang hingga menewaskan 21 orang, mencederai 51 warga, dan memaksa 622 warga tinggal di pengungsian?
“Tentunya untuk mencari tahu sumber apinya dari mana. Ini sedang dilakukan pendalaman oleh tim. Saat ini, kita sedang mengumpulkan CCTV, saksi, dan hal-hal yang kita perlukan sifatnya teknis yang nanti bisa kita jelaskan tentang peristiwa yang sebenarnya khususnya terkait dengan sumber api,” kata Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Purnomo.
Sumber api memang bisa datang dari mana saja mengingat kasus gangguan teknis saat pengisian/penerimaan BBM jenis Pertamax itu terjadi di area Depo, lokasinya berdampingan dengan pemukiman warga.
Sebagai sebuah pemukiman, tentu ada beragam aktivitas yang sedang dilakukan warga. Bisa jadi, saat gangguan teknis itu terjadi dan menyemburkan Pertamax dalam jumlah amat besar, ada warga yang sedang memasak. Atau bahkan merokok. Wallahu a’lam bish-shiwabi. (Hasanuddin/jurnalis senior)