JAKARTA, hsemagz.com – Produk halal nyatanya tak sekadar kuliner berupa makanan dan minuman. Produk halal begitu luas. Antara lain meliputi busana (fesyen), obat-obatan dan farmasi termasuk kosmetik, pertanian, dan sebagainya.
Produk halal juga tak semata agama. Lebih dari itu, produk halal juga menyangkut keamanan, keselamatan, dan kesehatan dalam satu rangkaian proses produksi.
Demikian dikatakan Wahyu Purnama A (Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia) dan Putu Rahwidhiyasa (Direktur Bisnis dan Kewirausahaan Syariah KNEKS/Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah) saat ditemui hsemagz.com usai acara konferensi pers Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) ke-10 bersama Halal Expo Indonesia (HEI) di Jakarta, Selasa (26/9/2023).
“Jadi produk halal itu bukan cuma kuliner, tetapi juga fesyen, obat-obatan/farmasi, kosmetika, dan sebagainya,” kata Wahyu.
Menurut Wahyu, halal tak semata agama. Ia mencontohkan makanan dan minuman halal (halal food). Pada produk halal food, juga terkait food safety (keamanan, keselamatan, dan kesehatan).
Untuk makanan berbahan daging, misalnya, akan ditelusuri bagaimana proses pemotongan hewannya apakah sesuai ketentuan agama atau tidak.
Karena itu, kata Wahyu, halal food juga menyangkut proses pengadaan bahan makanan itu sendiri. Rumah Potong Hewan (RPH) harus mengantongi sertifikat halal.
Melalui ekonomi syariah, ia berharap bahwa halal menjadi gaya hidup (halal lifestyle) di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
“Halal jangan hanya menjadi literasi, tetapi juga menjadi lifestyle,” katanya.
Dikatakan, Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (BI) saat ini tengah menjadikan sebuah kawasan di Sumatera Barat sebagai pilot project kawasan halal lifestyle.
“Ada penginapan syariah, penjualan fesyen muslim, ada kuliner halal, dan sebagainya. Halal lifestyle menyangkut segala aspek kehidupan sehari-hari masyarakat mulai dari perekonomian, keuangan, pakaian, kuliner, obat-obatan, penginapan, dan masih banyak lagi,” kata Wahyu.
Pihaknya juga terus mendorong daerah untuk membentuk Kawasan Industri Halal (KIH). Saat ini, kata Wahyu, KIH sudah terbentuk di tiga provinsi yaitu Banten, Jawa Timur, dan Kepulauan Riau.
“Terbentuknya 3 KIH tersebut menjadi salah satu pondasi penting untuk menjadikan Indonesia sebagai Global Halal Hub. Total ekspor produk halal pada 2022 tercatat mencapai 15,87 miliar USD,” Wahyu menambahkan.
Hal senada juga dikemukakan Putu Rahwidhiyasa. Halal tak identik dengan agama, tetapi lebih pada aspek keamanan, keselamatan, dan kesehatan.
“Benar sekali bahwa halal tak identik dengan agama. Tetapi lebih pada aspek keamanan, keselamatan, dan kesehatan. Itu sebabnya halal sekarang ini juga diterapkan di negara-negara yang penduduk muslimnya minoritas seperti di Nigeria, Jerman, Vietnam, Jepang, dan Korea Selatan,” kata Putu. (Hasanuddin)