SAMPAH PIKIRAN: Pikiran Sehat, Kerja Jadi Produktif
JAKARTA, HSEmagz.com – Ukuran otak manusia tak lebih besar dari bola sepak. Volumenya hanya 1.200 cc atau 1,2 kg. Tetapi di dalam otak manusia, tersimpan 86 miliar neuron atau sel-sel otak. Di ruang-ruang itu lah segala memori manusia ‘tersimpan’ selama puluhan tahun atau sepanjang hidupnya.
Setiap detik dan di setiap helaan nafas, segala aktivitas manusia terkoneksi dengan aneka memori yang sudah tersimpan di dalam neuron. Tidak selamanya terkoneksi dengan baik, tergantung ‘kesehatan’ otak itu sendiri.
Otak yang sehat akan melahirkan berbagai pemikiran yang cemerlang dan pada gilirannya akan memicu kerja menjadi lebih aktif dan produktif. Otak yang sehat juga akan menciptakan perilaku yang baik. Sebaliknya, otak yang kurang sehat, akan melahirkan berbagai pemikiran yang kurang atau malah jauh dari kata cemerlang.
Demikian disampaikan Supandi saat peluncuran buku “Sampah Pikiran” di Sky Menara Imperium, Kuningan, Jakarta, Selasa (31/1/2023) lalu. Sampah Pikiran merupakan buku biografi Supandi yang ditulis oleh Hasanuddin, jurnalis senior yang juga penulis buku.
Sampah pikiran didefinsikan Supandi sebagai sisa dari kegiatan berpikir/hasil berpikir atau material sisa yang tidak diinginkan dari hasil berpikir. Sampah pikiran terbentuk melalui sebuah proses berpikir.
“Definisi sampah pikiran bersifat obyektif-subyektif. Pengertiannya bisa digeneralisir tetapi yang menentukan sesuatu merupakan sampah pikiran atau bukan berada di setiap individu,” kata Supandi.
Dikatakan, sampah pikiran akan mengendap di sel-sel otak. Jika tidak dikelola dengan baik, maka sampah pikiran akan menjadi sumber penyakit, yang tidak saja akan mengganggu kesehatan secara fisik tetapi lebih pada gangguan secara psikis berupa perubahan perilaku, pola pikir, bahasa, hingga paling berat bisa berupa aksi menyakiti diri sendiri dan orang lain atau bisa juga gangguan mental.
Buku ‘Sampah Pikiran’ yang merupakan buah pemikiran Supandi, berkisah tentang bagaimana sebaiknya manusia berpikir dan berperilaku di zaman yang serba digital seperti sekarang ini. Teknologi informasi yang semakin canggih menyemburkan aneka informasi yang tak seluruhnya bisa menyehatkan otak.
Informasi harus dipilah dan dipilih. Informasi yang tidak baik akan menjadi sampah pikiran, yang pada gilirannya akan memicu pemikiran dan perilaku yang kurang baik pula dan akan bermuara pada terganggunya kesehatan. Sampah pikiran merupakan hasil pergulatan Supandi selama hidupnya, yang merupakan hasil teoritis dan empiris.
Lewat buku ini, Supandi tak sekadar berbagi pengalamannya bagaimana ia berupaya menyerap berbagai informasi dan memilahnya sehingga melahirkan pikiran positif, tetapi sekaligus juga mengubahnya menjadi energi positif.
Tak heran jika di usia yang kini menapaki angka 73 tahun, ia tetap masih energik memimpin lebih dari 300 karyawan, setiap hari hadir lebih awal di tempat kerja, dan tetap semangat meski padat dengan segala aktivitas. Ia bahkan masih sanggup berlari menaiki tangga di tempat kerjanya, ketika ada dokumennya yang ketinggalan.
Dan ditengah seabreg kegiatannya yang super padat dan menguras tenaga serta pikiran, ia bahkan juga masih sempat melanjutkan pendidikannya ke jenjang S3. Waktu libur ia manfaatkan untuk kuliah. Tak ada kata lelah meski usia terus merambat. Saat buku ini dibuat, Supandi tengah bersiap menyusun disertasi dan diharapkan sudah bisa mengikuti sidang terbuka doktoralnya di semester pertama 2023.
Buku ini tak sekadar menyuguhkan drama kehidupan Supandi yang penuh liku dan air mata. Tetapi juga menyajikan aneka keteladanan yang bermuara pada lahirnya pemikiran tentang Sampah Pikiran. Buku ini bisa menjadi sumber referensi sekaligus sumber inspirasi bagi siapa saja yang membacanya. (Hasanuddin)