TEGAL, HSEmagz.com – Komite Nasional Keselamatan Konstruksi menemukan segepok fakta baru terkait kecelakaan maut yang terjadi di lokasi wisata pemandian air panas Guci di Tegal, Jawa Tengah, Minggu (7/5/2023) pagi.
Fakta-fakta baru itu terungkap setelah dua investigator KNKT melakukan pemeriksaan atas bus Duta Wisata bernomor polisi B 7260 OGA yang sudah dievakuasi dari dasar jurang. Dalam melakukan pemeriksaan itu, tim KNKT ditemani teknisi dari bus Hino.
Senior Investigator KNKT Ahmad Wildan mengungkapkan, ia bersama tim dari bus Hino sudah melakukan pemeriksaan kendaraan untuk mengetahui apakah beberapa item berfungsi dengan baik atau tidak pada Selasa (9/5/2023).
Menurut Wildan, fokus utama pemeriksaan dilakukan terhadap rem tangan (handbrake), apakah berfungsi atau tidak. Jika berfungsi, apakah ada penurunan performa atau tidak.
Kepada teknisi dari Hino, Wildan meminta agar mengecek serinci mungkin seperti celah kampas rem, kemudian antara kampas rem ke rem tromol seberapa, dan lain-lain.
“Proses investigasi ini masih cukup panjang. Jadi saya ingin mengetahui lebih detail kemampuan handbrake untuk menahan (bus) itu seberapa besar,” kata Ahmad Wildan, sebagaimana dilansir dari tribunjateng.com.
Dikatakan, bus pariwisata yang mengalami kecelakaan merupakan Hino tipe RK260 dan merupakan bus baru yang diproduksi pada 2020. Surat tanda KIR juga masih berlaku.
Dari temuan tim penguji saat melakukan pengecekan, posisi handbrake mengunci. Hal ini diperkuat pada saat bangkai bus diangkat ke permukaan, posisi ban belakang juga tidak berputar karena mengunci.
“Sehingga kesimpulan awal, bisa dikatakan handbrake bekerja atau berfungsi normal,” kata Wildan sekaligus menepis dugaan bahwa bus meluncur karena ulah anak kecil yang menarik rem tangan.
Baca juga: Benarkah Kecelakaan Bus di Guci karena Ulah Anak Kecil? Ini Dugaan Awal KNKT
“Kalau saya sementara melihatnya seperti itu. Tapi ya tetap melihat perkembangan selanjutnya, kalau dari kami sesuai data awal tidak menemukan indikasi ada anak-anak yang memainkan rem tangan atau handbrake,” sambungnya.
Namun demikian, Wildan mengatakan bahwa KNKT akan mengukur kemampuan rem tangan menahan beban di laboratorium ATPM Hino.
Fakta menarik lainnya yang ditemukan KNKT adalah kondisi medan area parkir. Dikatakan, posisi bus ketika parkir berada di ujung dan kontur tanahnya menurun.
Kondisi tanah di lokasi parkir juga tanah gembur, bukan aspal, batu-batu, beton atau lainnya. Dengan kata lain, semisal diletakkan ganjal di semua sisi ban, menurut Wildan, percuma karena ketika terlindas ban maka ganjal akan tenggelam karena kontur tanah gembur.
Berdasarkan pemeriksaan di lokasi kejadian, posisi bus saat parkir di areal parkir pasar Guci berada di turunan dengan tingkat kemiringan (grade) 23-28 persen. Padahal, kemampuan rem tangan hanya dengan kemiringan 18 persen.
“Kemampuan handbrake didesain mampu untuk menahan dorongan hingga grade 18 persen,” kata Wildan yang juga menjabat sebagai Plt Ketua Sub Komite LLAJ KNKT.
“Secara desain, bus Hino RK260 ini kemampuannya dibatasi. Bisa jadi karena pada saat mesin bus sedang dipanaskan ada penumpang yang naik dan jumlahnya banyak, sehingga menambah tekanan bus semakin berat, akhirnya massa makin berat dan muncul gaya dorong dari atas. Seperti yang kita ketahui, gaya dorong ditimbulkan oleh energi potensial yang rumusnya massa kali gaya gravitasi kali tinggi. Semakin besar massa, maka semakin besar gaya yang akan mendorong bus dari atas ke bawah. Imbasnya kemampuan rem untuk menahan melemah dan akhirnya turun,” Wildan menjelaskan. (Hasanuddin)