BOGOR, HSEmagz.com – Indonesia tercatat sebagai salah satu negara yang memiliki potensi hasil tambang terbesar di dunia. Tak hanya itu, Indonesia juga menjadi salah satu negara dengan jumlah pekerja tambang terbanyak di dunia.
Tingkat kecelakaan kerja yang menimpa para pekerja pertambangan di Indonesia, mengutip data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan, terbilang masih tinggi yaitu di kisaran angka enam persen dari total kejadian.
Untuk itu, sudah saatnya tingkat kecelakaan yang selama ini terjadi bisa ditekan ke angka serendah mungkin. Dan, sudah saatnya pula Indonesia dikenal sebagai negara yang mengelola Keselamatan Pertambangan (KP) terbaik di dunia.
Hal tersebut mengemuka saat pelaksanaan temu profesi tingkat tinggi insan pertambangan Indonesia, yang dikemas dalam 1st Indonesian Mine Safety Summit 2023, di Bogor, Jumat (16/6/2023) dan Sabtu (17/6/2023).
“Kita adalah salah satu negara pemilik, penghasil tambang terbesar dan dengan pekerja tambang terbanyak di dunia,” kata Direktur Asosiasi Profesi Keselamatan Pertambangan Indonesia (APKPI) Ir Alwahono, MBA, MOHS saat memberikan sambutan di acara tersebut.
APKPI sendiri kata Alwahono mewadahi lebih dari 250.000 pekerja tambang dari 4.150 lebih pemegang izin usaha pertambangan Minerba di Indonesia.
Karena itu, pelaksanaan 1st Indonesian Mine Safety Summit 2023 merupakan langkah awal dalam upaya terus mendorong terwujudnya pengelolaan keselamatan yang tangguh, menuju pertambangan Indonesia yang aman, efisien, produktif yang terbebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Baca juga: 1st Indonesian Mining Safety Summit 2023, Upaya APKPI Membangun Budaya Keselamatan Pertambangan
Oleh karena itu pula dalam pertemuan tingkat tinggi profesi keselamatan pertambangan tersebut APKPI berinisiatif mengundang berbagai asosiasi profesi yang terkait langsung dengan isu safety di Indonesia.
Sebagai penyelenggara kegiatan 1st Indonesian Mine Safety Summit 2023, APKPI mengusung tema “keselamatan pertambangan yang tangguh, menuju pertambangan Indonesia yang sehat, selamat dan produktif”.
Sementara itu Direktur Teknik dan Lingkungan Dirjen Minerba Kementerian ESDM, Sunindyo Suryo Hendardi ST, MT yang menjadi keynote speech pada acara tersebut mengatakan bahwa berdasarkan data yang dihimpun Kementerian ESDM tercatat ada sebanyak 666 formulir pendaftaran yang sudah disampaikan kepada pemerintah dalam seleksi penilaian pengelolaan Keselamatan Pertambangan 2022, sedangkan pihak yang memeroleh penghargaan atas keberhasilan pengelolaan keselamatan pertambangan hanya sebanyak 26 perusahaan.
“Untuk itu kami berharap agar setiap perusahaan dan juga para praktisi bisa terus meningkatkan kinerjanya sehingga dapat memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh pemerintah dalam penilaian keselamatan pertambangan tiap tahunnya,” ujar Sunindyo.
Hadir juga Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba), Dr Ir Muhammad Wafid AN, Msc untuk membuka kegiatan tersebut. Dalam kesempatan yang sama ia mengingatkan agar semua insan pertambangan tetap memperhatikan prinsip dasar pengelolaan sub sektor pertambangan Minerba nasional.
1st Indonesian Mine Safety Summit 2023 yang digelar dari 16-17 Juni 2023 dan dihadiri sekitar 500 peserta dari berbagai perusahaan tambang di Indonesia juga menghadirkan 10 narasumber dari berbagai asosiasi profesi, akademisi dan praktisi di bidang pertambangan dan keselamatan kerja di Indonesia.
Beberapa rangkaian acara yang digelar oleh panitia antara lain Safety Competition APKPI Award, Seminar dan Talkshow serta ditutup dengan Fun Walk mengelilingi Kebun Raya Bogor.
Keselamatan Pertambangan di Masa Depan
Sementara itu Dewan Penasehat Indonesian Network of Occupational Health and Safety Professionals (INOSPHRO) Prof dr Tan Malaka. MOH, PhD mengatakan bahwa jika melihat angka kecelakaan kerja pada tahun 1978 rata-rata tercatat 2 pekerja meninggal dunia setiap harinya, namun hari ini angkanya sudah naik menjadi 3 orang per hari.
“Tapi angka tersebut jangan dilihat sebagai angka absolut. Sebab baik jumlah perusahaan, maupun jumlah tenaga kerja industri pertambang Indonesia juga telah mengalami pertambahan yang signifikan,” kata Tan Malaka.
Menurut dia untuk bisa menjadi keselamatan pertambangan yang terbaik di masa depan, maka perusahaan dan para insan pertambangan di Indonesia harus menjadi pembelajar terus menerus.
Ia menilai sampai saat ini hanya 3 kategori perusahaan yang sudah mengelola K3 dengan baik yaitu pertama perusahaan minyak dan gas, kedua perusahaan tambang dan ketiga adalah perusahaan manufaktur yang berorientasi ekspor.
Sementara itu Ketua World Safety Organization (WSO) Indonesia, Soehatman Ramli, DIPL SM, SKM, MBA mengatakan bahwa dari total angka kecelakaan kerja nasional Indonesia yang berjumlah 250 ribu, industri pertambangan masih berkontribusi 6%. Sementara penyumbang terbesar adalah dari sektor konstruksi, yaitu mencapai angka 32%.
Karena itu baik Tan maupun Soehatman sama-sama menyambut baik langkah yang dilaksanakan oleh APKPI, yaitu menekankan pentingnya kolaborasi pada 1st Indonesian Mine Safety Summit 2023 sebagai upaya dalam mewujudkan pengelolaan Keselamatan Pertambangan maupun K3 terbaik di Indonesia. (*/Hasanuddin)