BLORA, Hsemagz.com – Aspek keselamatan tampaknya belum menjadi perhatian serius dalam dunia olahraga Indonesia.
Setelah Tegar Dwi Prasetya (14), atlet muda berbakat di bidang sepakbola meninggal dunia karena disambar petir pada Jumat (3/11/2023), kini giliran dunia panjat tebing yang berduka.
Key Kania Raya (12) atlet muda berbakat di bidang panjat tebing di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, mengembuskan napas terakhir setelah terjatuh dari ketinggian sekitar enam meter saat latihan di Lapangan Kridosono, Blora, Rabu (8/11/2023) sore.
Siswi kelas 1 SMP itu sempat mendapat perawatan intensif di RSUD Blora. Namun karena lukanya yang parah di bagian kepala, ia dinyatakan meninggal pada Kamis (9/11/2023) sekira pukul 01.00 dinihari.
Kecelakaan fatal ini terjadi ketika Kania tengah menjalani latihan rutin bersama rekan-rekan sesama atlet.
Menurut keterangan pelatih korban, Bayu, korban terjatuh saat akan turun dari Top Rope.
Baca juga: Ayah Pesepakbola Sesalkan Penyelenggara ‘Piala Soeratin’ Tak Siapkan Fasilitas Medis
“Itu pemanjatan terakhir mas. Pemanjatan terakhir itu dia mau Top Rope. Itu kan pengamannya dari atas, dia masang, saya juga ngawasi udah klik. Dia naik mas, naik gak sampai Top, dia turun langsung turun trus lepas. Dia terjatuh itu,” kata Bayu di lokasi kejadian sebagaimana dilansir dari laman blora-ekspres.com, Kamis (9/11/2023).
Dijelaskan, posisi korban terjatuh pertama kali pada bagian badan kemudian diikuti kepala. Saat itu korban sudah tidak sadarkan diri.
“Gak terlentang. Dia badannya dulu habis itu kepala. Habis itu ada orang langsung bopong dia untuk dilarikan ke rumah sakit. Itu ketinggian 6 meter, korban sudah tidak sadar,” ujarnya.
Sementara itu Kapolsek Blora AKP Rustam mengatakan masih melakukan penyelidikan kasus kecelakaan ini.
“Kita masih belum bisa memberikan keterangan, takut salah karena masih proses penyelidikan awal,” ucapnya.
Christian Prasetya selaku ketua FPTI Blora saat dikonfirmasi melalui telpon whatsapp ia membenarkan adanya insiden kecelakaan tersebut.
“Iya, informasi yang saya terima awalnya korban terjatuh saat latihan, tapi untuk detail nanti saya konfirmasi ke pelatihnya dahulu. Saat ini saya masih dalam perjalanan dari luar kota,” tutup Christian Prasetya.
Key Kania Raya merupakan siswi kelas 1 SMP 2 Blora dan merupakan anak ke dua Bripka Eko Budi S salah satu anggota kepolisian dari Polsek Todanan.
Kok Bisa Jatuh?
Kasus kecelakaan fatal yang mengakibatkan Key Kania Raya, mengundang tanda tanya mantan pegiat panjat tebing.
“Saya kira kelalaian belayer-nya,” tulis Ejen Jaenudin di salah satu WAG HSE mengomentari kasus kematian Key Kania Raya.
“SOP-nya harus jalan,” tulis Fadlik, pecinta alam yang kini bertugas sebagai HSE Officer di proyek MRT fase 2.
Sekadar informasi, belayer adalah orang yang bertugas untuk mengamankan (back-up) si pemanjat ketika terjatuh saat proses pemanjatan. Dia bertugas menjaga tali (rope) si pemanjat.
Mantan pegiat panjat tebing, Bayu Prasetyo, menjelaskan saat ini memang ada alat belay yang otomatis. Tetapi hal itu digunakan bagi para pemanjat professional.
Sementara bagi pemula apalagi jika sedang latihan, maka proses pengamanan pemanjat dilakukan secara manual alias menggunakan belayer. “Itu hukumnya wajib,” kata Bayu.
Proses pengamanan pemanjat dilakukan oleh belayer menggunakan alat belay (belay device). “Alat ini terpasang pada tubuh seorang belayer dengan fungsi untuk menghentikan gerak laju tali si pemanjat,” katanya.
Ketika si pemanjat terjatuh, belayer harus melakukan pengereman dengan cara menggenggam erat tali di bagian bawah belay device dengan kedua tangannya sekuat tenaga.
Jika badan si pemanjat lebih berat, maka si belayer akan terseret. Bahkan tak jarang ikut terbawa naik. Dengan demikian, katanya, kecelakaan fatal si pemanjat bisa diminimalisir bahkan dinihilkan.
Kemungkinan tali pemanjat putus? Bayu mengatakan bahwa kasus itu sangat jarang sebab tali pemanjatan sangat kuat. Ia mencontohkan tali berdiameter 10 mm, kekuatannya mampu menahan beban hingga 2.400 kg.
Lantas, apa yang sebenarnya terjadi pada kasus Key Kania Raya? (Hasanuddin)