HSEMagz

Bukan Sekedar Berita

Insight Oli & Gas Safety, Health, & Environtment

Kematian 3 Pekerja Limbah Diduga Ada Unsur Kelalaian

JAKARTA, HSEmagz.com – Kasus kematian tiga pekerja dari PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) di proyek CMTF Balam di Blok Rokan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) pada Jumat (24/2/2023) hingga kini masih dalam penyelidikan pihak kepolisian.

Tim internal dari PHR sudah dikerahkan untuk melakukan investigasi kecelakaan. Namun, apa dan bagaimana hasilnya, belum diketahui pasti.

Peristiwa yang terjadi ketika memasuki jam istirahat (sekira pukul 12.07) tersebut, memunculkan aneka pertanyaan yang kemudian bermuara pada dugaan.

Menurut laporan Fajar Andi N, Fire Safety Manager, berdasarkan pengecekan CCTV terlihat satu personel atas nama Dedy K menaiki tangki Setling (B) dengan kapasitas 500 barel (80 m3) lalu masuk/turun ke dalam tangki melalui manhole atas. Selang beberapa detik, terlihat Dedy muncul ke atas namun seketika terjatuh ke dalam tangki.

Melihat rekannya terjatuh, Hendry M  segera bergegas menaiki tangki bersama Ade Ilham dan bermaksud memberikan pertolongan. Hendry masuk kedalam tangki kemudian disusul oleh Ade. Setelah itu ketiga pekerja tersebut tidak terlihat keluar dari tangki.

Tindakan korban Dedy K yang menaiki tangki Setling (B) lalu masuk ke dalam tangki melalui manhole atas, menjadi pertanyaan. Sebab menurut Fajar, pada saat kejadian tidak ada jadwal pekerjaan untuk masuk ke dalam tangki, yang dibuktikan dengan tidak adanya SIKA/PTW yang dibuat pada saat kejadian.

Menanggapi hal ini, pakar K3L dari PT Unilab Perdana, Supandi menduga ada unsur kelalaian dalam kecelakaan kerja maut (fatality accident) tersebut.

Kelalaian dimaksud adalah memasuki tangki Setling melalui manhole atas tanpa melengkapi diri dengan alat perlindungan diri (APD) yang memadai. Pasalnya, di dalam tangki tertutup yang berisi limbah, patut diduga ada gas beracun.

Mengingat lokasi kejadian berada di Pertamina Hulu Rokan, kata Supandi, bisa jadi gas yang berada di dalam tangki tersebut merupakan Hidrogen Sulfida (H2S).

“Gas ini bisa timbul secara alami di minyak mentah, gas alam, mata air panas, sumur air, vulcano gas, dan sebagainya.  H2S juga bisa ditimbulkan oleh proses pembusukan bakterial bahan organik dan limbah manusia ataupun binatang dalam kondisi kekurangan oksigen,” kata Supandi.

Dikatakan, H2S memiliki massa yang lebih berat dari udara sehingga gas ini akan selalu terletak di dasar suatu bangunan yang tertutup, ventilasi kurang seperti  basement, manholes, pipa pembuangan limbah, ruangan besi telepon bawah tanah, lubang pupuk, dan sebagainya.

“Oleh karena itu, jika ada pekerjaan di confined space, gunakan prosedur yang benar seperti permit to work ataupun Job Safety Analysis (JSA) sebelum bekerja. Nah, dalam kasus ini saya tidak tahu persis bagaimana hal itu bisa terjadi. Tapi dugaan saya, ada unsur kelalaian dalam kejadian tersebut,” pungas Supandi. (Hasanuddin)

LEAVE A RESPONSE