JAKARTA, HSEmagz.com – Upaya membudayakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus dilakukan secara massif, terstruktur, dan terukur serta berkesinambungan. Salah satunya adalah melalui jalur pendidikan formal.
Dalam pandangan M Dawamman, praktisi K3, materi pelajaran terkait keselamatan dan kesehatan di Indonesia sebenarnya sudah diajarkan sejak dini.
Hanya saja, baru sebatas materi ajaran yang dinilai Dawam masih terlihat kurang dipahami para guru di sekolah-sekolah.
Dawam mencontohkan pelajaran-pelajaran estetika, kebersihan, keselamatan, dan kebencanaan, yang sudah diajarkan di bangku SD lewat beberapa buku pelajaran.
Di tingkat SMP dan SMA, ada kegiatan ekstrakurikuler berupa PMR (Palang Merah Remaja). Di sini sebenarnya para siswa sudah diperkenalkan tidak saja soal P3K tetapi juga tanggap darurat kebencanaan dalam tingkat sederhana.
Hanya saja, dalam pengamatannya, tidak ada guru pendamping yang mampu menanamkan atau memberi pemahaman kepada para siswa tentang pentingnya aspek keselamatan dan kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk itu, ia mengajak para praktisi K3 untuk sama-sama terjun ke dunia pendidikan guna memberikan edukasi kepada para guru terkait K3.
“Mari kita sebagai praktisi K3, turun ke sekolah-sekolah untuk memberikan edukasi kepada para guru. Tujuannya supaya para guru mendapat pengetahuan dan pemahaman yang lebih terkait safety agar mereka bisa menurunkan pengetahuan dan pemahamannya itu kepada para siswa,” kata Dawam yang juga aktif mengajar di perguruan tinggi.
Ia sendiri pernah melakukan edukasi terkait safety di tingkat PAUD (pendidikan usia dini) pada 2021 silam. Di sana Sekjen MPK2I ini memperkenalkan apa itu bahaya dan bagaimana memitigasinya.
“K3 jangan dipahami sebatas tempat kerja semata. Di hari Pendidikan Nasional ini mari kita manfaatkan momen ini sebagai upaya mengedukasi masyarakat tentang K3 di dunia pendidikan,” pungkasnya. (Hasanuddin)