JAKARTA, HSEmagz.com – Berbekal ilmu yang dikuasainya, Suprapto banyak diundang menjadi pembicara di berbagai acara seminar dan talkshow terkait kebakaran.
Ia juga bahkan sering dijadikan narasumber oleh Damkar ketika terjadi kebakaran.
Ia, misalnya, pernah dimintai saran dan masukannya ketika terjadi kebakaran hebat yang melanda gedung-gedung jangkung di Jakarta, Bali, dan Palembang.
Di Jakarta, Suprapto diminta memberikan saran ketika Gedung Sarinah di Jl Tahmrin Jakarta Pusat mengalami kebakaran hebat pada 18 Juli 1980 dan 13 November 1984.
Di Bali, kebakaran hebat melanda Bali Beach pada 1993 sedangkan di Palembang, Suprapto dimintai saran terkait kebakaran dahsyat yang melanda sebuah gedung enam lantai di sana.
Dari berbagai peristiwa kebakaran hebat yang melanda gedung-gedung di sejumlah kota di Indonesia, Suprapto banyak belajar mengenai bagaimana sistem kebakaran di sebuah gedung harus lengkap; ada sistem proteksi aktif, pasif, dan safety management.
Menurutnya, kebakaran juga tak melulu dipicu oleh segitiga api melainkan bisa dipicu juga oleh apa yang dikenal dengan istilah fire tetrahedron yaitu sumber panas (heat), oksigen (oxygen), bahan bakar (fuel), dan reaksi rantai kimia (chemical chain reaction).
Baca juga: ADRIANUS PANGARIBUAN: Mendalami Ilmu Api Karena 6 Stafnya Meninggal (1)
Suprapto punya pengalaman menarik ketika diminta terbang ke Pulau Dewata pada 1993. Kala itu, Bali Beach Hotel (kini Inna Grand Bali Beach Hotel) dilanda kebakaran hebat.
Bali Beach Hotel adalah hotel bintang 5 pertama di Bali yang dibangun pada 1965 dan diresmikan pada November 1969. Hotel ini merupakan gedung tertinggi di Bali, yang dibangun 10 lantai dengan 300 kamar.
Bali Beach Hotel dibangun dan diresmikan sebelum Pemerintah Daerah (Pemda) Bali mengeluarkan ketentuan bahwa tinggi bangunan di Bali yang tidak boleh melebihi pohon kelapa atau lebih dari 15 meter sesuai SK Gubernur Bali No 13/Perbang. 1614/II/a/1971 tertanggal 22 November 1971 .
Menurut Suprapto, kebakaran yang menimpa Bali Beach lebih dipicu oleh masalah fire safe housekeeping yang masih satu bagian dari safety management.
Kebakaran terjadi karena lantai dibasahi dengan toulena (metilbenzena atau fenilmetana). Toulena merupakan bahan yang biasa digunakan untuk mengencerkan cat yang bersifat mudah terbakar.
Baca juga: SUMA’MUR PK : Bola Karet Sang Legenda (2)
Baca juga: Supandi, Hakikat K3 Adalah Memanusiakan Manusia (2)
“Ada percikan api dari salah satu boks yang kemudian menyulut terjadinya kebakaran. Dua pekerja yang bertugas melakukan pengawasan malah lari menyelamatkan diri,” kata Suprapto mengenang kembali kisah kebakaran Bali Beach Hotel.
“Kebakaran hebat sebenarnya bisa dihindari apabila pengawasan terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan berlangsung ketat,” sambungnya.
Pendek kata, hotel bintang 5 pertama nan megah di Bali itu pun ludes dilalap Si Jago Merah.
Ada peristiwa menarik. Dari sekitar 300 kamar, hanya satu kamar yang tidak terbakar yaitu kamar nomor 327.
Kamar itu tetap utuh, meski seluruh bangunan hotel hangus terbakar. “Believe it or not,” katanya. Suprapto tidak tahu apakah kamar tersebut masih dilestarikan atau tidak.
Berdasarkan penelusuran, kamar tersebut hingga kini masih ada. Pihak pengelola Inna Grand Bali Beach Hotel masih mempertahankan kondisi kamar 327 seperti sedia kala.
Pada setiap bulan Suro, ada persembahyangan di kamar 327, dan sesajennya kemudian dilarung ke laut.
Selain itu, setiap tanggal 17 Agustus disediakan sesajen khusus di kamar yang terletak di Tower Wing tersebut.
Kamar itu bahkan menjadi ajang ‘uji nyali.’ Banyak wisatawan mancanegara yang mencoba menginap di kamar ini, tetapi selalu mengalami berbagai kejadian di luar nalar. Wallahu a’lam bish-sawabi. (bersambung/Hasanuddin)