HSEMagz

Bukan Sekedar Berita

Insight Personal

Supandi, Hakikat K3 Adalah Memanusiakan Manusia (2)

JAKARTA, HSEmagz.com– Dalam keseharian, Supandi sangat sensitif terhadap keadaan sekitar. Segenap panca indra seketika bergerak menyergap segala hal yang menuntun dirinya untuk berbuat sesuatu.

Terkadang sensitifitas perasaannya disalurkan melalui pena dalam bentuk tulisan melankolis, seperti tercurah dalam puisi.

Gara-gara melihat tukang patri di jalan, rupanya beliau terusik, dan jadilah puisi berikut.

Tukang las keliling. (Foto: Supandi)

Menunduk lesu, menapaki pinggir jalan yang padat

Entah sudah berapa ribu langkah telah kau berjalan

Berapa banyak yang kau dapat

Setelah sekian lama ku tak pernah melihat

jangankan cucuku, anaku saja tidak mengenalnya, jasa apa yang dia perbuat

Tukang patri keliling desa, menjadi sahabat ibu rumah tangga

Memperbaiki alat dapur agar  bisa kembali berguna

Masihkah ada yang membutuhkannya?

Seiring waktu dan jamannya

Betapa sulit menemukan penggunanya

Untuk mampu meraih kerja melalui karyanya.

Sang Khalik pemberi rejeki

Semoga kau mendapatkan rejeki dengan modal yang kau miliki.

Bandung 27.03.22

Begitulah sepenggal puisi karya spontan Supandi tatkala melintasi sebuah jalan di kota Paris Van Java pada 27 Maret 2022 silam.

Baca juga: Supandi, Mabuk Ikan Patin (1)

Pagi itu Supandi menuju Bandung untuk menemui sang cucu. Di perjalanan, tanpa sengaja, ia melihat seorang lelaki tua tengah berjalan lunglai.

Di pundak kanannya tergantung sebuah tas ransel lusuh. Tangan kanannya menggenggam erat sebuah alat las amat sederhana.

Pemandangan langka. Di zaman milenial, profesi tukang patri (las/welding) keliling seperti itu sudah sangat sulit dijumpai.

Ia akan menyasar dari satu rumah ke rumah lain untuk menawarkan jasa pengelasan peralatan dapur yang bocor seperti panci, wajan, dan sebagainya.

Tetapi Supandi menemukannya di sebuah ruas jalan di kota Bandung. Ia segera meminta sang sopir untuk memperlambat laju kendaraannya. Jendela kaca tengah dibuka, dan Supandi memberikan sesuatu kepada lelaki tua tersebut.

Berbagi, sudah menjadi bagian keseharian Supandi, sejak ia mengenal dunia K3 pada 1972. Berbagi (sharing) merupakan esensi penyebarluasan pemahaman tentang K3 dalam upaya menciptakan budaya K3 di masyarakat.

K3 bagi Supandi bukan jargon. Bukan pula pelajaran. K3 adalah sebuah gerakan, yang harus terus menerus dilakukan dan diterapkan dalam keseharian, dalam setiap aktivitas yang dilakukan.

Baca juga: SUMA’MUR PK : Bola Karet Sang Legenda (2)

Memanusiakan Manusia

K3 pada hakikatnya adalah memanusiakan manusia. Ada aturan (regulasi), ada keteraturan (standarisasi/SOP), ada ketegasan, ada kedisiplinan, ada kepatuhan (compliance), ada hukuman (punishment), ada penghargaan (reward), ada kepemimpinan (leadership), ada contoh teladan (role model), ada hikmah (lesson learned), ada kebiasaan (habbit), ada budaya (culture).

Sebab manusia berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia punya akal dan pikiran serta budi.

Sebagai sebuah gerakan, K3 harus dilakukan secara menyeluruh, serentak, dan berkesinambungan.

Supandi menganalogikan perjalanan air yang mengalir dari sumber mata air di bagian hulu hingga digunakan di rumah-rumah. Berapa banyak pipa yang digunakan.

Pipa-pipa itu harus terus dirawat, diawasi, dan dipelihara supaya air bisa tetap mengalir dan tidak terjadi hambatan. Jika terjadi hambatan, aliran air akan tersumbat.

Tugas K3 adalah menihilkan hambatan, minimal mengurangi hambatan.

“Jadi K3 itu harus dalam bentuk gerakan, bukan hanya pelajaran,” kata Supandi suatu ketika.

Budaya K3 sangat bertaut erat dengan budaya maintenance. Pemeliharaan, perawatan, dan pengawasan merupakan bagian dari upaya preventif, supaya tidak terjadi hambatan, tidak terjadi kecelakaan dan hal-hal lain yang tidak diinginkan bersama.

Mindset (pola pikir) harus diubah; dari kuratif menjadi preventif. Kita biasa bergerak atau tergerak ketika peristiwa sudah terjadi, ketika korban sudah berjatuhan, ketika isak tangis sudah pecah membahana di mana-mana.

Baca juga: RUDIYANTO : Terlibat Penyusunan SMK3 (1)

Tetapi mengubah mindset bukan perkara mudah, semudah membalikkan telapak tangan.  Perlu upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak dan dilakukan secara terus menerus (kontinyu) dan berkesinambungan. (bersambung/Hasanuddin)

LEAVE A RESPONSE