TEMANGGUNG, hsemagz.com – Sejak ditemukan pada 2008 oleh para penambang pasir, situs Liyangan yang berlokasi di Dusun Liangan, Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, telah menjadi destinasi wisata baru.
Setiap hari, situs yang berada di lereng Gunung Sindoro ini didatangi pengunjung yang datang dari berbagai tempat. Pengunjung yang datang akan ramai di saat akhir pekan.
Mereka umumnya penasaran dan ingin melihat secara langsung situs yang disebut-sebut sebagai bekas pemukiman kuno masyarakat Mataram Kuno yang berasal dari abad 8 Masehi tersebut.
Apalagi para arkeolog menyebut bahwa temuan artefak dan struktur di Situs Cagar Budaya Liyangan sangat kompleks, merefleksikan permukiman masa Mataram Kuno, dengan tinggalan berupa sarana pemujaan, jejak hunian, dan jejak areal pertanian.
Di situs yang sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya (CB) tingkat provinsi oleh Gubernur Jawa Tengah melalui Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 432/30 Tahun 2020 itu terdapat jalan kuno yang terbuat dari batu dan kondisinya relatif masih utuh.
Situasi itu melahirkan lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat. Dunia pariwisata di Kabupaten Temanggung mulai menggeliat sejak situs Liyangan mencuat ke permukaan.
Banyak dari mereka yang kemudian menjadi pedagang di area situs. Tidak sedikit pula yang menjadi pemandu wisata.
Pemerintah daerah setempat bahkan membentuk Kelompok Sadar Wisata (PokDarWis) melalui SK Kepala Desa Purbosari No 180/25 Tahun 2021.
Kendati demikian, bagi para arkeolog, kedatangan para wisatawan bisa jadi ancaman yang dapat mengganggu kelestarian Situs Cagar Budaya Liyangan semisal kerusakan (vandalisme) dan pencurian.
Untuk itu, dalam upaya membangun dan mengembangkan pariwisata di Situs Cagar Budaya Liyangan, Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Indonesia (UI) melakukan pelatihan bertajuk “Pelatihan Interpretasi dan Promosi Digital Situs Cagar Budaya Liyangan Sebagai Destinasi Wisata Lanskap Budaya.”
Pelatihan yang berlangsung selama dua hari (6 – 7 Oktober 2023) dan dipimpin oleh Dr Agi Ginanjar, SS, MHum ini menghadirkan langsung pakar Arkeologi Klasik dari FIB UI yaitu Prof Dr Agus Aris Munandar, MHum, Reynaldo De Archellie, MSi, Asep Herdiansyah, SKom, dan tiga mahasiswi Arkeologi UI yaitu Sekar Arum, Aurora, dan Mahesi Diva.
Pelatihan yang berlangsung di Pendopo Kampung Peradaban Liyangan, Desa Purbosari Temanggung ini mendapat antusias dari masyarakat setempat, terutama PokDarWis. Pelatihan yang dibuka oleh Kades Purbosari Pujiono dan ditutup oleh Kepala Dusun Liyangan Sri Mulyani ini diikuti 28 peserta dari elemen PokDarWis, Bumdes, Pengurus Desa dan dusun, Komunitas Budaya, dan masyarakat lainnya.
Menurut Agi, pelatihan yang dilakukan bekenaan dengan penyusunan interpretasi nilai-nilai utama/penting yang terkandung benda-benda dan struktur yang berada di Situs Cagar Budaya Liyangan berdasarkan kajian ilmiah/akademis dan cerita rakyat yang berkembang dengan memperhatikan lanskap budayanya.
“Hasil penyusunan interpretasi ini menjadi dasar dalam penyusunan promosi pariwisata Situs Cagar Budaya Liyangan,” kata Agi.
Lalu, sambung Agi, pelatihan ini juga berkenaan dengan strategi promosi berupa kampanye pelestarian Situs Cagar Budaya sebagai destinasi lanskap budaya berkelanjutan dalam aspek pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dalam bentuk poster dan digital untuk media sosial, dengan menggunakan konsep-konsep komunikasi pemasaran terintegrasi dan perilaku pengunjung.
Dari pelatihan ini, diharapkan PokDarWis menjadi motivator dan penggerak dalam pengembangan dan pemanfaatan Situs Cagar Budaya Liyangan sebagai destinasi wisata lanskap budaya secara berkelanjutan.
“Selain itu, PokDarWis dapat meningkatkan kesejahteraan Desa Purbosari seiring meningkatnya kunjungan wisatawan berwawasan pelestarian sebagai respon positif terhadap promosi yang disebarluaskan PokDarWis melalui media sosial secara berkelanjutan,” pungkasnya. (Hasanuddin)